Kamis, 29 September 2011

Hidup tapi tak berkehidupan


HIDUP TAPI TIDAK BERKEHIDUPAN


Beberapa hari ini perasaan saya gak tenang…tidur gak enak. Makan gak selera, mau ngapain-ngapain males. Udah 3 hari bolos kuliah. Pulang ke kosan jarang. Sebagian besar waktu dihabiskan diluar hingga sirine imsak berbunyi. Mencari tempat sepi, sunyi…bakar rokok, hisap bakar lagi sampe batang ke 12 kemudian berhenti.  Menghabiskan malam bersama edo dan riski…menghabiskan malam dengan dialog panjang semacam curhatan dari dalam hati. Walaupun saya tau edo dan riski tidak memberikan solusi setidaknya mereka menemani.
Makin kesini saya makin gak mengerti, kenapa Tuhan menjejali saya dengan berbagai persoalan yang melemahkan hati. Saya masih 20 tahun, masih butuh ketawa ketiwi. Tapi sepertinya Tuhan tidak memberikan saya kesempatan untuk ketawa ketiwi…untuk bersenang hati.
Diumur saya yang masih belia ini, saya menjadi tidak mengerti. Kenapa lama lama seperti ini. Kenapa semua ini rumit sekali ?
Kenapa saya tak diberikan seseorang untuk saya pinjam pundaknya, untuk saya rengkuh tubuhnya agar saya dapat berlindung dan merasakan tenang barang cuma sebentar.
Ibu telah lama pergi. Biasanya ada peluk ibu. Biasanya ada motivasi dari ibu yang membuat semangat saya mendidih untuk menata masa depan yang lebih baik.
Tapi sekarang ibu pergi…ibu meninggalkan saya sendiri. Ibu meninggalkan saya dengan seorang ayah dan adik.
Ayah dan adik ? mereka tidak pernah mengerti…mereka tidak akan memahami. Karena mereka adalah lelaki. Lelaki semua sama saja, mengdepankan logika. Nyaris tak punya perasaan. Sama seperti ayah dan adik saya. Tidak bisa saya jadikan mereka sandaran. Saya nikmati sepi. Saya nikmati sendiri.
Hidup saya berantakan, berantakan disegala bidang. Keluarga, teman, lingkungan. Tidak ada yang memanusiaakan saya. Selain diri saya sendiri. Termasuk kamu !
Saya masih tidak menyangka, inilah ternyata takdir yang saya sepakati dengan Tuhan ketika saya masih berupa embrio…ketika saya masih dikandungan ibu.
Ketika saya akhirnya menjadi salah satu yang sukses dari beribu indung-indung telur yang lain dan berhasil dibuahi oleh sperma ayah saya.
Ini lah garis hidup yang ditakdirkan Tuhan kepada saya yang kami sepakati sebelum saya menjadi segumpal daging kemudian berkembang memiliki organ tubuh yang lain…
Garis hidup saya terus saya ikuti alurnya…sampai saya terkadang merasa tidak mampu lagi untuk bangkit dan berdiri. Sampai terkadang saya merasa muak dengan segalanya. Merasa ini semua tak sanggup saya lewati. Merasa ini semua kenapa malah menjadi seperti ini….merasa tak hidup.  Merasa tak ada alasan untuk saya menatap masa depan yang lebih indah dari saat ini. Dulu alasan saya IBU. Sekarang sudah tak ada ibu ? jadi untuk apa saya harus menatap masa depan dengan lebih baik.
Tak ada yang bisa saya peluk ketika saat nanti saya wisuda menyandang gelar sarjana, tak ada yang bisa saya peluk ketika nanti saya menikah dan membina rumah tangga. Tak ada lagi yang sayak peluk ketika perut saya mulai membuncit dan melahirkan anak-anak dan berkeluarga.
Tak ada nenek untuk anak-anak saya.
Ibu saya rindu ibu, rindu serindu rindunya ibu. Saya tak bisa apa-apa tanpa ibu.
Kenapa  ibu pergi begitu cepat, meninggalkan saya sendiri dengan sejuta problema yang tidak saya temukan solusi-solusinya. Yang tidak bisa saja sikapi dengan bijaksana.
Saya tak ingin pengganti ibu. Ibu saya Cuma satu.
Saya tak menerima seseorang yang berusaha mengibukan dirinya kepada saya.
Ibu saya rindu. Saya ingin bertemu.
Saya lelah ibu, saya lelah HIDUP TAPI TIDAK BERKEHIDUPAN.
SAYA SEPERTI MATI, TAPI TIDAK BERKEMATIAN.

                                                                                                                september 2011,dalam kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar