HIDUP TAPI TIDAK BERKEHIDUPAN
Beberapa hari ini perasaan saya
gak tenang…tidur gak enak. Makan gak selera, mau ngapain-ngapain males. Udah 3
hari bolos kuliah. Pulang ke kosan jarang. Sebagian besar waktu dihabiskan
diluar hingga sirine imsak berbunyi. Mencari tempat sepi, sunyi…bakar rokok,
hisap bakar lagi sampe batang ke 12 kemudian berhenti.
Menghabiskan malam bersama edo dan riski…menghabiskan malam dengan
dialog panjang semacam curhatan dari dalam hati. Walaupun saya tau edo dan riski
tidak memberikan solusi setidaknya mereka menemani.
Makin kesini saya makin gak
mengerti, kenapa Tuhan menjejali saya dengan berbagai persoalan yang melemahkan
hati. Saya masih 20 tahun, masih butuh ketawa ketiwi. Tapi sepertinya Tuhan
tidak memberikan saya kesempatan untuk ketawa ketiwi…untuk bersenang
hati.
Diumur saya yang masih belia ini,
saya menjadi tidak mengerti. Kenapa lama lama seperti ini. Kenapa semua ini
rumit sekali ?
Kenapa saya tak diberikan
seseorang untuk saya pinjam pundaknya, untuk saya rengkuh tubuhnya agar saya
dapat berlindung dan merasakan tenang barang cuma sebentar.
Ibu telah lama pergi. Biasanya
ada peluk ibu. Biasanya ada motivasi dari ibu yang membuat semangat saya
mendidih untuk menata masa depan yang lebih baik.
Tapi sekarang ibu pergi…ibu
meninggalkan saya sendiri. Ibu meninggalkan saya dengan seorang ayah dan
adik.
Ayah dan adik ? mereka tidak
pernah mengerti…mereka tidak akan memahami. Karena mereka adalah lelaki. Lelaki
semua sama saja, mengdepankan logika. Nyaris tak punya perasaan. Sama seperti
ayah dan adik saya. Tidak bisa saya jadikan mereka sandaran. Saya nikmati sepi.
Saya nikmati sendiri.
Hidup saya berantakan, berantakan
disegala bidang. Keluarga, teman, lingkungan. Tidak ada yang memanusiaakan saya.
Selain diri saya sendiri. Termasuk kamu !
Saya masih tidak menyangka,
inilah ternyata takdir yang saya sepakati dengan Tuhan ketika saya masih berupa
embrio…ketika saya masih dikandungan ibu.
Ketika saya akhirnya menjadi
salah satu yang sukses dari beribu indung-indung telur yang lain dan berhasil
dibuahi oleh sperma ayah saya.
Ini lah garis hidup yang
ditakdirkan Tuhan kepada saya yang kami sepakati sebelum saya menjadi segumpal
daging kemudian berkembang memiliki organ tubuh yang lain…
Garis hidup saya terus saya ikuti
alurnya…sampai saya terkadang merasa tidak mampu lagi untuk bangkit dan berdiri.
Sampai terkadang saya merasa muak dengan segalanya. Merasa ini semua tak sanggup
saya lewati. Merasa ini semua kenapa malah menjadi seperti ini….merasa tak
hidup. Merasa tak ada alasan untuk saya menatap masa depan yang
lebih indah dari saat ini. Dulu alasan saya IBU. Sekarang sudah tak ada ibu ?
jadi untuk apa saya harus menatap masa depan dengan lebih baik.
Tak ada yang bisa saya peluk
ketika saat nanti saya wisuda menyandang gelar sarjana, tak ada yang bisa saya
peluk ketika nanti saya menikah dan membina rumah tangga. Tak ada lagi yang
sayak peluk ketika perut saya mulai membuncit dan melahirkan anak-anak dan
berkeluarga.
Tak ada nenek untuk anak-anak
saya.
Ibu saya rindu ibu, rindu serindu
rindunya ibu. Saya tak bisa apa-apa tanpa ibu.
Kenapa ibu pergi
begitu cepat, meninggalkan saya sendiri dengan sejuta problema yang tidak saya
temukan solusi-solusinya. Yang tidak bisa saja sikapi dengan
bijaksana.
Saya tak ingin pengganti ibu. Ibu
saya Cuma satu.
Saya tak menerima seseorang yang
berusaha mengibukan dirinya kepada saya.
Ibu saya rindu. Saya ingin
bertemu.
Saya lelah ibu, saya lelah HIDUP
TAPI TIDAK BERKEHIDUPAN.
SAYA SEPERTI MATI, TAPI TIDAK
BERKEMATIAN.
september 2011,dalam kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar