Kamis, 22 September 2011

merindu diam diam , merindu sendirian.

Aku seperti biasa ditemani sunyi bersama mimpi-mipi serta rasa rindu yang tak kunjung surut..rasa rindu yang semakin hari semakin besar volumenya, rasa rindu yang seperti ingin meledak agar bisa merasa lega namun tidak ada medium yang mampu untuk dijadikan korban pelepasan butiran-butiran kerinduan. Seringkali aku rindu diam-diam, rindu sendirian. Bulan dan bintang saja seperti tertawa terkikik-kikik setiap aku memandang langit. Seolah berkata betapa malangnya aku yang sering dilanda kesepian , yang sering diterpa kegelisahan yang sering dibungkam rasa rindu berlebihan . lama-lama mungkin aku bisa mati perlahan.
aku selalu berpesan pada malam, berpesan bahwa aku rindu kamu setiap malam, setiap kelam . aku harap malam bisa menyampaikan rindu ini pada mu, namun ternyata itu semua semu. Kita tidak kunjung bertemu, kamu kemudian berlalu. Entah kemana ? aku pun tak tahu.
aku coba titip rindu lewat lagu, melalui alunan alunan sayup suara melodi susunan tangga lagu, lagu rindu lagu ingin bertemu. Namun ternyata tak kau indahkan, lagu ku pun berlalu. Tak sampai menembus indera pendengaranmu, tentu juga tak sampai menyentuh hatimu.
Tanpa putus asa, aku tetap mencoba. Kutitip hasrat lewat udara. Kukirim bersama sejuta asa yang tersusun rapi melalui setiap hela nafas yang terhembus. Namun ternyata tetap saja, kumpulan rindu itu tak sampai padamu, berlalu dibalut pupus . Semua rinduku memuai seebelum sampai padamu.
Rasanya pilu, sepilu ditikam kesepian . sepilu dibunuh kesunyian. Sepilu hati yang tak bertuan.layaknya Sepi malam tanpa sinar rembulan tanpa gemerlap bintang.
Entah kamu yang kurang peka, entah kamu yang kurang merasa. Aku pun tak tahu mengapa ?
Segala daya upaya kucoba, lewat malam, lagu dan udara. Tapi tetap kita tak kunjung bersua.
untuk kemudian aku membenci rindu.
Membenci rindu diam-diam. Membenci rindu sendirian.
lalu ku caci malam, kucaci lagu ku caci udara . keluapkan segala kecamuk yang mendidih dalam hati ini sampai aku merasa puas,lepas dan kebas.
Aku benci mereka, yang sudah kupercaya untuk menitipkan siksaan rindu ini padamu namun selalu tak tersampaikan.
Apa harus kutitip rindu lewat bulir-bulir air mata, agar kau tahu seberapa rasa rindu ini menyiksa jiwa dan raga. Membuat tak tenang , membuat panik bukan kepalang. Membuat gelisah, membuat gundah . membuat ku galau sampai hati ini kemudian parau.
Tak bisa lagi aku mengungkapkan apa yang ku rasa.  Semacam mati rasa.
Mati  rasa karna disiksa rindu diam-diam . Disiksa rindu sendirian.
Hai kamu..aku rindu..kapan kamu bisa jadi milikku?
Kapan bisa bertemu?
Agar tak perlu lagi kutitip-titip rasa rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar